Kamis, 17 Oktober 2013

Peningkatan Penguasaan Siswa terhadap Materi Ajar PKn Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning



A.    Judul
Peningkatan Penguasaan Siswa terhadap Materi Ajar PKn Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning

B.     Nama Penulis
Nama       : Saripin, S,Pd. SD.
Tugas       : SD Negeri 2 Ciparanti, Kec. Cimerak, Kab. Ciamis
Kontak     : 081312233366
C.    Bidang Kajian
PKn
D.    Abstrak
ABSTRAK
Kata Kunci: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning, Meningkatkan Penguasaan, Materi Ajar PKn
Sebelum penelitian ini dilakukan, dapat diketahui aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti dalam pembelajaran PKn, kurang sesuai dengan harapan. Diduga kuat hal ini disebabkan oleh pengelolaan proses pembelajaran kurang dilakukan secara profesional oleh guru. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat, menjadi salah satu bagian dari sebab akibat terjadinya persoalan ini. Untuk mengatasinya digunakan model Problem Based Learning. Adapun pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini, pertama terkait dengan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran ini, dan kedua terkait dengan efektivitas penggunaan model tersebut dalam meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi ajar PKn yang dipelajar. Dalam rangka itu berpegang pada teori serta metodologi yang telah ditetapkan. Bertolak dari sini direncanakan dua siklus kegiatan pembelajaran. Dalam setiap tahapnya menempuh langkah-langkah berikut: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Setelah prosesi tersebut ditempuh oleh guru dan siswa, serta setiap kegiatan yang berlangsung diamati oleh pengamat, akhirnya diperoleh data untuk diolah atau dianalisis. Berdasarkan hasil analisis atau pembahasan terhadap data hasil penelitian ini, akhirnya dapat diambil suatu simpulan untuk menjawab pokok masalah penelitian, yakni sebagai berikut.
1.      Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada siklus 1 keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 % mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
2.      Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada siklus 1 rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus 2 sebesar 9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
3.      Skor rerata penguasaan siswa terhadap materi ajar PKn yang telah dipelajari pada siklus 1 sebesar 7,01 % dan pada siklus 2 sebesar 7,80 %, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus 1 mencapai 74,82 % dan pada siklus 2 menjadi 89,96 %
4.      Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning  dapat meningkatkan penguasaan materi ajar PKn yang telah dipelajari oleh siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.
E.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Untuk menanamkan hal tersebut kepada siswa sekolah dasar, bukan hal yang mudah. Hal ini seperti yang dialami siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti. Berdasarkan hasil refleksi awal terhadap penguasaan materi ajar, sebagian besar kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan penguasaan siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti terhadap materi ajar pada mata pelajaran PKn.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas, di mana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda di antara mereka.
Menurut Mulyasa Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” untuk meningkatkan penguasaan siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti terhadap materi ajar PKn yang dipelajari.
b.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.       Bagaimana langkah-langkah meningkatkan penguasaan siswa terhadap penguasaan materi ajar pada mata pelajaran PKn melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning?
  1. Apakah pembelajaran model Problen Based Learning dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi ajar pada mata pelajaran PKn yang dipelajari?
  2. Sejauh manakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
c.       Pemecahan Masalah
PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya. Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya
Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
1. Kemampuan menguasai bahan ajar;
2. Kemampuan dalam mengelola kelas;
3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar;
4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.
Selanjutnya UNESCO (dalam Soedijarto, 2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning), yakni :
1. Learning to Know (penguasaan ways of knowing or mode of inquire)
2. Learning to do (controlling, monitoring, maintening, designing, organizing)
3. Learning to live together
4. Learning to be.
Berdasarkan uraian analisis permasalahan di atas, pendekatan model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PKn yang dipelajari.

d.      Tujuan Penelitian
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti dalam menguasai materi ajar mata pelajaran PKn yang dipelajari, sehinggga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreativitas. Selain itu, juga meningkatkan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran PKn, agar dari pengelolaannya itu memberi dampak ke  arah mengaktifkan dan menyenangkan siswa ketika mengikutinya.
F.     Kajian Teori, Kerangka Pikir, dan Hipotesis Tindakan
a.      Kajian Teori
1.      Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah pada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu sebagai berikut.
1)      Learning to know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan sisw a menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2)      Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi konflik
3)      Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4)      Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
2.      Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building, yakni sebagai berikut.
Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
b.      Kerangka Pikir
1.      Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
2.      Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata pelajaran PKn
Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dari pembahasan di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, di mana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).
c.       Hipotesis Tindakan
1.       Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn pada siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti.
2.       Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.
G.    Metodologi Penelitian
a.      Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research), yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variabel yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
16
 
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktivitas siswa saat mata pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan di atas.
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
Instrumen yang digunakan berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
b.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Ciparanti, Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis pada siswa kelas VI, dengan jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 24 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan sedang berlangsung.

c.       Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus sampai dengan pertengahan bulan Desember 2012.
d.      Prosedur Penelitian
Siklus I
1.      Perencanaan
1)      Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
2)      Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3)      Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
4)      Memilih bahan pelajaran yang sesuai
5)      Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
6)      Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
7)      Menyusun lembar kerja siswa
8)      Mengembangkan format evaluasi
9)      Mengembangkan format observasi pembelajaran.
2.      Tindakan
1)      Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
2)      Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
3)      Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
4)      Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
5)      Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
6)      Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
7)      Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

3.      Pengamatan
1)      Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
2)      Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
4.      Refleksi
1)      Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
2)      Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
3)      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
       Siklus II
1.      Perencanaan
1)      Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
2)      Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
3)      Pengembangan program tindakan II.
2.      Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1)       Guru melakukan appersepsi
2)       Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3)       Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
4)       Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
5)       Siswa menceritakan unsur-unsur materi ajar yang dipelajari yang ada pada gambar.
6)       Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
7)       Presentasi hasil diskusi.
8)       Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
3.      Pengamatan
1)      Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
2)      Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
4.      Refleksi
1)      Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
2)      Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
3)      Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
4)      Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
e.       Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, di mana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan/atau berbeda pendapat tentang materi ajar yang dipelajari.
Belajar PKn serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi/ minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil menguasai materi melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ajar PKn dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut.
Tabel 1. Kriteria  Nilai Penguasaan Materi Ajar
No
NIlai
Kriteria
1
< 5,9
Kurang
2
6,0 – 7,50
Sedang
3
7,51 – 8,99
Baik
4
9,00 – 10
Baik Sekali
Tabel 2. Kriteria Aktivitas Siswa yang Relevan
No
NIlai
Kriteria
1
< 50
Kurang
2
60 – 69
Sedang
3
70 – 89
Baik
4
90 – 100
Baik Sekali

H.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.      Hasil Penelitian
Pembelajaran PKn di Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir siklus.
Hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 3. Data Aktivitas Siswa                                                                                      yang Relevan dengan Pembelajaran
No
Indikator
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1
Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
52,75%
69,44%
2
Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok )
63,82%
83,35%
3
Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok
72,25%
88,32%
4
Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran
75,00%
91,66%
5
Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran  (dalam kerja kelompok)
77,65%
86,11%
6
Partisipasi siswa dalam pembelajaran  (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).
80,55%
94,45%

Rata -Rata
70,33%
85,55%
Berdasarkan tabel 3 di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1, yaitu sebesar 12,42%.
Selanjutnya  data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Aktivitas Siswa                                                                                      yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
No
Indikator
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1
Tidak memperhatikan penjelasan guru
27,75%
13,88%
2
Mengobrol dengan teman
19,44%
8,33%
3
Mengerjakan tugas lain
16,60%
5,50%

Rata – rata
21,26%
9,25%
Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1, yaitu sebesar 12,01%.
Data penguasaan siswa terhadap materi ajar dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Data Penguasaan Siswa terhadap Materi Ajar                                                    dan Ketuntasan Belajar Siswa
No
Aspek yang diamati
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Rata-rata pemahaman HAM
7,01%
7,80%
2
Siswa yang telah tuntas
74,82%
89,96%
3
Siswa yang belum tuntas
16,52%
7,88%
Berdasarkan tabel 5 di atas, nilai rata-rata penguasaan siswa terhadap materi ajar mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 15,14%.
b.      Pembahasan
Siklus 1 dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5  orang. Setiap anggota kelompok  diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan  dengan mengacu pada buku pegangan.
Hasil pengamatan guru menunjukkan pada pembahasan siklus 1, terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 di atas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, rerata perolehan skor pada siklus 1 52,75 % menjadi 69,44 %, mengalami kenaikan 16,69 %. Begitu pun pada indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus 1 rata-rata 63,82 % dan pada siklus 2 83,35 % mengalami kenaikan 19,53 %. Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus 1 yaitu 72,25 % dan pada siklus 2, yaitu 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus 1 mencapai 75 % dan pada siklus 2 mencapai 91,66 % mengalami kenaikan sebesar 16,66 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus 1 mencapai 77,65 % sedangkan pada siklus 2 mencapai 86,11 % mengalami kenaikan sebesar 8,46 %. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihat pada siklkus 1 mencapai 80,55 %, sedangkan pada silklus 2 mencapai 94,45 % mengalam kenaikan sebesar 13,9 %.
Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creative learning, yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menonjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model Problem Based Learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien, yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn). Dalam metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus terkait dengan materi ajar PKn yang dipelajari.
Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mengajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas auditorial (gaya belajar auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori ke dalam praktek,  mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas kinestetik (gaya belajar kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong pada tipe belajar konvergen, di mana siswa memiliki kekuatan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas di atas prosentasi ketercapaian pada siklus 1 mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus 2, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar PKn yang dipelajari.
I.       Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu:
1.       Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada siklus 1 keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 % mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
2.       Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus 1 sampai siklus 2. Pada siklus 1 rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus 2 sebesar 9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
3.       Skor rerata penguasaan siswa terhadap materi ajar PKn yang telah dipelajari pada siklus 1 sebesar 7,01 % dan pada siklus 2 sebesar 7,80 %, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus 1 mencapai 74,82 % dan pada siklus 2 menjadi 89,96 %
Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning  dapat meningkatkan penguasaan materi ajar PKn yang telah dipelajari oleh siswa Kelas V SD Negeri 2 Ciparanti, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.

J.      Daftar Pustaka
Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia
Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta, Pustaka Pelajar
Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES
Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia
             , 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press
BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat
Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo
Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia
Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Tahun 2006, Jakarta, Depdiknas
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara
Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum
Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia
Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press
Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni